Kamis, 15 Juli 2010

Buah sirsak banyak tumbuh di pedalaman hutan amazon, buah sirsak yang juga disebut graviola/soursop ini berbentuk seperti jantung manusia dan berduri. Rasanya segar dan agak kecut, sering dijadikan campuran minuman jus. Tapi siapa menyangka, buah sirsak yang kita kenal ini ternyata memiliki khasiat yang menakjubkan bagi kesembuhan penyakit kanker ? Simak terus.

Buah Sirsak sudah dalam penelitian sejak 39 tahun lalu - Pada saat itu para ilmuwan menemukan bahwa tanaman tersebut memiliki komponen, prinsip-prinsip alam dan sifat yang disebut "Annonacaeous Acetogenins", bahan kimia alami yang ditengarai sangat efektif terhadap berbagai macam sel tumor . Sirsak memiliki komponen yang dapat mengisolasi setiap sel kanker, dengan cara membangun semacam gelembung di sekitarnya untuk menghindari sel kanker mendapatkan gizi lebih lanjut, sehingga mati . Sel-sel kanker mati tersebut kemudian dieliminasi oleh sistem tubuh sendiri tanpa efek samping. Komponen ini tersembuyi disemua bagian pohon sirsak . Beberapa hasil penelitian telah diterbitkan namun beberapa orang bereaksi.

Hasil dari sebuah studi menemukan bahwa sirsak mengandung efek sangat aktif sitotoksik melawan sel kanker dengan kekuatan 10,000 x lebih kuat daripada Adriamicin, yaitu obat yang digunakan untuk Terapi Kemo tradisional, - tanpa efek samping apapun !
Sejak tahun 1996 kelompok lain ilmuwan melakukan penelitian pada Graviola dan menemukan bahwa buah memiliki karakteristik terhadap pembentukan tumor dan menghasilkan racun yang selektif terhadap berbagai jenis sel kanker, tanpa menyerang sel-sel sehat. Mereka membenarkan temuan hasil mereka dipublikasikan 8 studi klinis yang berbeda.
Pada tahun 1997 sekelompok kecil ilmuwan menemukan, bahwa Graviola juga mengandung alkaloid yang memiliki efek anti-depresi. Pada tahun yang sama UNIVERSITAS PARDU menerbitkan informasi bahwa mereka menemukan kekuatan lebih pada sirsak. Studi klinis mereka menegaskan bahwa "Annonacae Acetonine" pada sirsak sangat efektif, tidak hanya mampu membunuh sel kanker normal, tetapi juga sangat efektif dalam membunuh sel-sel kanker yang biasanya resisten terhadap kemoterapi. Penelitian ini menjelaskan bahwa sel-sel kanker yang selamat dari kemoterapi dapat mengembangkan perlawanan terhadap banyak jenis obat lain, yang disebut Multi-Drug-Resistant (MDR) yang membuat sel kanker tersebut kebal terhadap pengobatan apapun dan menyebabkan kematian pada pasien .
Di Asia, penelitian serupa dilakukan di Korea Selatan. Suatu studi yang dipublikasikan dalam the Journal of Natural Products menyatakan, studi yang dilakukan di Catholic University di Korea Selatan menyebutkan bahwa salah satu unsur kimia bernama annonaceous acetogenin yang terkandung di dalam graviola, mampu memilih, membedakan, dan membunuh sel kanker yang berkembang di usus besar.Penemuan yang mencolok dari studi tersebut adalah bahwa zat antikanker itu juga mampu menyeleksi dan membunuh hanya sel jahat kanker, sedangkan sel yang sehat tidak tersentuh.
Bandingkan dengan kemoterapi, yang selama ini digunakan untuk mengobati penderita kanker yang tidak bisa membedakan sel kanker dan sel sehat. Sel-sel reproduksi (seperti lambung dan rambut) dibunuh habis dalam kemoterapi. Dampaknya, timbul efek negatif berupa rasa mual, rambut rontok, dan penurunan berat badan secara drastis.
Dengan temuan fakta ini, industri farmasi berusaha sekuat tenaga dengan biaya sangat besar coba membuat sintesis/kloning sirsak agar bisa dipatenkan. Dengan demikian, dana yang dikeluarkan untuk riset dan aneka tes bisa kembali, dan bahkan meraup keuntungan besar. Namun, guess what, mereka gagal ! sirsak tidak bisa direproduksi/disintesa secara kimiawi, sehingga tidak bisa dibuat obat patennya. Hal ini menegaskan kembali bahwa sirsak hanya bekerja jika tumbuh di alam dan mengalahkan kanker lebih baik daripada setiap obat sintetik atau sinar racun berat/kemoterapi.
Saat mimpi sekaligus semangat mendapatkan keuntungan besar perlahan memudar, kegiatan riset dan tes juga berhenti. Lebih parah lagi, perusahaan menutup proyek ini memutuskan untuk tidak memublikasikan hasil riset.

Untungnya, ada salah seorang ilmuwan (tak jelas identitasnya) dari tim riset merasa tidak tega melihat kenyataan ini. Akhirnya dengan mengorbankan karier dan reputasinya, ia menghubungi sebuah perusahaan yang biasa mengumpulkan bahan-bahan alami dari hutan Amazon untuk pembuatan obat. Ketika para pakar riset dari Health Sciences Institute mendengar, berita keajaiban sirsak, mereka mulai melakukan riset. Hasilnya sangat mengejutkan, sirsak terbukti sebagai pohon pembunuh sel kanker yang efektif. Sayangnya, sampai saat ini belum ada pihak maupun perusahaan farmasi yang berani menindaklanjuti temuan menggembirakan ini dengan berbagai alasan.

Dengan fakta ini tentu membuat kita miris, bahwa bagaimana orang-orang ini sebenarnya tidak tertarik untuk menyembuhkan seseorang, melainkan hanya tertarik mendapatkan keuntungan dari kesembuhan tersebut.
Tetapi sebagaimana kata pepatah, sebaik baik suatu kebusukan ditutupi, baunya akan selalu tercium. Kini kita tahu bahwa ternyata alam telah menyediakan obat bagi suatu penyakit berbahaya, maka sudah sebaiknya kita jaga alam ini, hutan kita, untuk kelangsungan hidup anak cucu kita kelak. Siapa tahu mungkin obat AIDS memang sudah ditemukan tetapi dirahasiakan karena obatnya ternyata bisa dengan mudah kita dapatkan, sehingga mereka tidak mendapatkan keuntungan ? Who knows ...

0 comments:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!